Ilustrasi sumber google |
Persoalan itu muncul lantaran manfaat pertumbuhan ekonomi suatu negara tak terdistribusi merata ke seluruh penduduk.
"Sejumlah persoalan ketimpangan merupakan efek samping dari pertumbuhan ekonomi. Ketika tak semua orang bergerak dengan kecepatan dan waktu yang sama," kata Direktur Pelaksana Bank Dunia Sri Mulyani dalam laman resmi lembaga keuangan internasional tersebut, kemarin.
Dia melanjutkan, jika mayoritas penduduk mengalami penderitaan ekonomi dan stagnasi sosial. Maka, ketimpangan bakal menjadi ancaman nyata untuk kemajuan suatu negara.
"Inilah mengapa ketimpangan ekstrem tak hanya salah secara moral, tetapi juga menjadi gejala dari perpecahan masyarakat. Itu akan mendorong terjadinya kemiskinan yang berurat akar, pertumbuhan ekonomi lumpuh, dan konflik sosial," kata menteri keuangan era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tersebut.
"Diskusi terkait ketimpangan seringkali berfokus pada kesenjangan pendapatan. Namun, masih ada aspek lain dari penyebab ketimpangan yang tak kalah penting."
"Sekedar contoh, bukti terkini di negara saya, Indonesia, menunjukkan sepertiga ketimpangan ekonomi disebabkan oleh keadaan saat orang dilahirkan," kata Sri Mulyani.
"Di banyak wilayah, terutama pedesaan, jika orangtuanya miskin, maka si anak punya sedikit kesempatan untuk memerbaiki hidup."
Dengan kata lain, kata Sri Mulyani, keterbatasan kesempatan bakal menghambat mobilitas ekonomi. Kemudian, mengabadikan kemiskinan lintas generasi, dan menekan pertumbuhan ekonomi suatu negara.
"Itulah mengapa kami menolong banyak negara untuk menyediakan pelayanan dasar yang bisa menjangkau semua penduduk, terutama 40 persen populasi termiskin."
Sumber : indonesia.shafaqna.com
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya