13 Januari 2016

Pihak Asuransi Jiwa Kurung Sekeluarga Hingga Tak Berdaya

Rumah digembok. ©2016 Merdeka.com/Intan Umbari Prihatin
Olbinfo.com - Rumah Diana dan keluarganya di Jalan Taman Kebon Sirih 3 No. 9, RT 009/010, Kampung Bali, Jakarta Pusat digembok paksa oleh PT Asuransi Jiwasraya.

Peristiwa itu terjadi pada Rabu 6 Januari lalu. Sekitar pukul 8.00 Wib, seratusan orang berpakaian hitam dengan tulisan 08, datang ke rumahnya berteriak dan berkata kasar. Saat itu ada polisi dan TNI yang berjaga tapi tak berbuat banyak untuk menghentikan pemasangan gembok beralarm itu.

"Permasalahan berawal dari tanah dan bangunan ex peninggalan Belanda dengan pihak perusahaan BUMN, yaitu PT Asuransi Jiwasraya. Keluarga kami telah menempati persil di Jalan Taman Kebon Sirih III no. 9 secara turun temurun dari kakek kami R Moh Moechsin, sejak Desember 1946 dan membayar sewa bulanan persil ke Kantor Administrasi Belanda yaitu Kantor NV. Administratie kantoor Klaasen & Co Batavia," kata Diana

Namun secara sepihak perusahaan pelat merah tersebut malah mengklaim tanah dari bangunan itu milik mereka. Tanpa mengeluarkan pemiliknya, gerombolan tersebut lantas merantai dan menggembok pintu rumahnya. Tak hanya itu, Jiwasraya juga memasang plang bertuliskan 'Tanah Milik PT Asuransi JIWASRAYA (PERSERO) bersertifikat HGB NO: 711/Desa Kp Bali JL Taman Kebon Sirih III No: 9 Luas: 628 Meter persegi DILARANG MASUK TANPA SEIIZIN PEMILIK'.

Plang ini dipasang bersebelahan dengan penanda tanah tersebut tengah disengketakan di PN Jakarta Pusat. Di mana perkaranya terdaftar dengan nomor 612/PDT.G/2015.PN.JKT.PST tertanggal 23 Desember 2015. Puas memasang plang dan menggembok parah rumah, gerombolan tersebut juga menutup rapat-rapat pintu dan jendela rumah dengan kayu.

"Mereka loncat pintu pagar depan dan pintu garasi dirantai gembok dari luar. Polisi membiarkan peristiwa tersebut terjadi. Kami ketakutan. Lalu pintu dan jendela kami dipalang," bebernya menceritakan kebrutalan saat itu.

Diana dan suaminya yang tinggal bersama dua anak, ayahnya, dan satu pembantu tak bisa berbuat apa-apa. Mereka memilih mempertahankan rumah tersebut sambil berada di dalam. Lalu bagaimana kondisi mereka?

Sebenarnya beberapa jam setelah penggembokan itu, suaminya, Dani, berusaha keluar. Nahas, Dani malah terjatuh menerobos pagar yang tergembok. Dia mengalami patah tulang hingga dilarikan ke rumah sakit.

"Jam 10 pagi, suami saya mencoba keluar rumah melalui atap garasi, namun naas, jatuh, tangan dan kaki patah, teriak-teriak kesakitan, tapi tidak ada yang bisa menolong. Malam harinya baru bisa dikeluarkan oleh bantuan warga, ditandu keluar, disaksikan pak Lurah Kampung Bali, Ketua RW 010 dan Ketua RT 009," ungkapnya.

Sejak rumah digembok, artinya sudah sepekan mereka terkurung di dalam rumah. Beruntung warga sekitar kompak dan prihatin memberikan bantuan makanan.

"Makanan kami sehari-hari dibantu warga, melalui ibu RT memberikan lewat tetangga belakang rumah. Caranya pakai bambu panjang terus dijulurkan ke rumah kami lewat belakang," katanya.

Meski telah mendapat bantuan makanan, Diana tetap berharap kondisinya dan keluarga kembali normal. Sebab, dia tak bisa bekerja dan anak anaknya tak sekolah karena tak tahu harus keluar lewat mana. Andai kata, persoalan tak selesai dia pun rela berhenti dari tempat kerjanya.

"Kami berharap Pak Ahok bisa keluarkan kami dari rumah, saya punya anak 2. Satu kelas 1 SD dan TK," tambahnya.

Ditambahkan, Nana Suhan, ketua RT 009, sebenarnya dia tak setuju dengan perlakuan tak berperikemanusiaan yang justru dilakukan asuransi jiwa. Dia mengaku awalnya memang mendapat imbauan agar tak membantu Diana dan keluarga. Namun alasan kemanusiaan membuatnya tidak tega.

"Saya sebenarnya takut terlibat karena ikut membantu Bu Diana," kata Nana, Senin (11/9).

Dia kemudian mendiskusikan persoalan itu kepada polisi. "Kemudian saya tanya polisi, kalau enggak dikasih makan bisa mati dan sakit apalagi di dalam ada anak kecil," jelasnya menirukan penjelasan ke polisi tepat di hari eksekusi yang berlangsung pada 6 Januari lalu.

Nana menambahkan, saking serba salah melihat kondisi warganya, Nana juga sempat bingung saat suami Diana jatuh dari pagar. Tapi dia nekat mengatakan alasan kesehatan sehingga butuh pertolongan.

"Saya telepon polisi saya bilang orang lagi sakit, patah tulang, lalu polisi datang ke sini untuk keluarkan, polisi datang malamnya, karena keluarkan enggak ada alat keranda masjid untuk gotong Pak Dany, lalu dibawa ke rumah sakit di Daan Mogot," tambahnya.

Nana menceritakan, dirinya bersama warga lain inisiatif membantu Diana yang selama ini berhubungan baik dengan mereka. Warga membantu memberikan makanan lewat belakang rumah dengan bantuan gala 3 meter.

"Saya kirim makan biasanya jam 11 sebelum makan siang. Yang kita kirim kadang makanan jadi kadang bahan mentah nanti diolah sendiri oleh ibu Diana," tambahnya.



Rumah digembok 2016 Merdeka.com/Intan Umbari Prihatin

Dia makin prihatin karena ayah dan anak Diana sakit. Dia berharap persoalan Diana segera selesai.

"Makanya kita juga sering kasih obat darah tinggi untuk ayahnya. Kita berharap ada solusi," pungkasnya.

Ditambahkan Olan, ketua RW 10 Tanah Abang, menyayangkan tindakan PT Asuransi Jiwasraya yang tak berkoordinasi dengan dirinya terlebih dahulu. Meskipun dia sudah menerima surat tentang pengosongan bangunan pada 23 Desember dan 6 Januari.

"Kita tidak pernah ketemu bareng, harusnya kan RT, RW, lurah, pihak tergugat maupun penggugat duduk bareng. Dan harusnya surat itu dari pengadilan bukan dari advokat. Tapi ini (surat) meskipun ada tembusan tapi hanya dari advokat," jelas Olan, kepada wartawan, Senin (11/1).

Seharusnya, kata dia, pihak Jiwasraya bisa mengomunikasikan masalah itu secara baik-baik. Bukan tindakan seenaknya mengurung manusia di dalam rumahnya.

"Harusnya kan bicara baik- baik dulu, sebelum eksekusi" tambahnya.



Rumah digembok 2016 Merdeka.com/Intan Umbari Prihatin

Dia meluruskan klaim sepihak perusahaan pelat merah tersebut soal hak milik tanah yang ditempati keluarganya sejak 1946. Ditegaskannya, PBB bangunan itu atas nama Azhari dan dirinya yang mengurusnya setiap tahun.

"PBB saya yang urus setiap tahun, tetap namanya Azhari," tambah Olan.

Dia berjanji akan melindungi Diana dan keluarga. Dia meminta Diana dan keluarga tetap tenang.

"Tenang Bu Dian, kami akan bantu. Saya jaga di sana" ucap Pak Olan pada Diana sambil melambaikan tangan kanannya.
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya